Bima, Garda Asakota.-
“Kebakaran,
kebakaran…!!!, “teriak tua-muda sahut menyahut tak beraturan pada tiap sudut
gang dan rumah-rumah penduduk. Tak ketinggalan corong langgar dan mesjid yang
menjadi direjen dengan gemanya menjangkau hingga ke seberang desa. Sekitar lima
menit kemudian keramaian lalu lalang orang-orang sudah memenuhi sebuah
perkampungan.
Ratusan
orang berhamburan menggapai titik api yang sudah membesar, 1 rumah, 2, 3, 4
rumah tak terselamatkan. Sebagian warga terlihat berusaha memadamkan api,
beberapa berusaha menyelamatkan barang berharga, yang lain meminta pertolongan
dan yang lainnya mengiba memohon Tuhan tak terlalu murka.
Lebih
kurang 40 menit berlalu, hening sejenak, menghela napas, menahan kata, tak
kuasa memandang. Sekitar 42 rumah yang tadinya berdiri kokoh, kini tinggal
arang yang sesekali merahnya menyulut kecil-kecil. Sebagaimana dilansir di website
Warta Ngali, kejadian tersebut di atas adalah sepotong kecil dari cerita
musibah yang terjadi usai shalat Isya, Kamis (22/9) di Desa Ngali Kecamatan
Belo Kabupaten Bima. Menurut penuturan berbagai sumber di lokasi kejadian, awal
mula titik api berasal dari rumah ‘Dua La”. Sekitar pukul 19.30 waktu setempat,
rumah tersebut sedang sepi, Dua La Siwe sedang menonton acara TV di rumah
tetangga sebelah, yakni rumahnya si Buru alias Ama La Uti. Sedangkan Dua la
Mone sedang tahlilan di rumah Ina Muslimin yang tidak jauh dari rumahnya
sendiri. Tiba-tiba apinya kian membesar yang keluar dari dapur,” tutur sumber
kepada wartawan.
Sekejap
kemudian api menghanguskan rumah bersebelahannya. Meskipun banyak orang datang
membantu memadamkan api, namun kobarannya tak mampu dihentikan segera. Ada yang
membantu dengan menyemprotkan air dari sumur terdekat, ada pula dengan cara
merubuhkan beberapa rumah yang berdekatan kobaran si merah menyalak, namun
kobarannya terus menyebar, menyulut ke rumah-rumah terdekat, hingga mencapai
42 rumah ludes dilalap si jago merah. Tapi untungnya beberapa menit kemudian
mobil pemadam kebakaran dari Pemkab Bima datang membantu hingga api mampu
dipadamkan.
Pantauan
wartawan di lokasi kejadian, tiga buah mobil pemadam kebakaran dari kecamatan
Woha dan Monta lah yang beraporasi. sedangkan Kecamatan Belo sendiri belum
memiliki mobil merah penyemprot air tersebut. Seperti dituturkan nara sumber,
kobaran api yang menghanguskan itu sangat besar dan cepat sekali. Belum
diketahui secara pasti pemicu kebakaran, namun informasi sementara menyebutkan
api diduga muncul dari letupan jiregen berisi bensin. Kemudian sebagian
besar rumah-rumah yang terbakar tersebut memiliki persedian beberapa jiregen
bensin di atas rumah mereka untuk keperluan pertaniannya. Disamping itu angin
yang bertiup kencang tak beraturan juga mempengaruhi arah sambaran api,
sehingga bagian kiri, kanan, depan maupun belakang rumah sumber api tersebut
ikut terbakar.
Menurut
pantauan, peta kebakaran itu mulai dari rumah Ama la Etima (di sekitar sungai)
hingga rumah Hunter atau rumah Ama la Meni. Ke baratnya hingga sungai, ke
timurnya hingga gang Abu la Anas, ke utaranya hingga gang yang menuju sungai.
Peristiwa
kebakaran ini adalah yang terbesar sejak kejadian tahun 45-an di kampung Baju
yang menghanguskan satu kampung/dusun waktu itu. Namun peristiwa kali ini
merupakan kebakaran dengan kerugian terbesar, bahkan kebakaran terbesar yang
pernah terjadi di Kabupaten/Kota Bima. Menengok tahun-tahun sebelumnya,
peristiwa kebakaran di Ngali terjadi juga pada tahun 2008 di kampung Baju, kebakaran
waktu itu menghanguskan 30-an rumah. Kemudian tahun 2010 kebakaran menimpa 2
rumah di kampung Baru.
Beruntungnya
kebakaran ini tidak membawa korban manusia. namun harta benda yang ikut hangus
mencapai puluhan bahkan ratusan juta tiap rumah. Harta benda berharga yang
paling banyak ikut terbakar adalah bawang, padi dan beras. bahkan ada uang
tunai puluhan juta dalam satu rumah ikut hangus. Belum lagi emas, surat-surat
atau sertifikat tanah/bangunan dan ada beberapa rumah yang sama sekali tidak
ada yang bisa diselamatkan karena penghuninya sedang ada di sawah dan atau di
daerah lain seperti Sumbawa/Napa.
Beruntungnya
pula bahwa kendaraan bermotor dan mesin air untuk pertanian mereka masih bisa
diselamatkan. contohnya seperti si Khairi yang rumahnya adalah titik mula api,
masih bisa menyelamatkan motornya yang ia parkir di bawah kolong rumahnya
sendiri. Dia masih bisa selamatkan motor King-nya meski pada saat itu di atas
kepalanya api sedang berkobar. Begitu juga dengan si Buru Ama la Uti, motor dan
handtraktor yang ia parkir juga dibawah kolong rumahnya bisa diselamatkan oleh
orang-orang yang datang menolongnya.
Ada
juga cerita lain seperti La Buhari Onde yang rumahnya ludes tanpa ada yang bisa
diselamatkan karena pada saat kejadian ada di luar daerah. (GA. 212/wnc*)