Kota Bima, Garda Asakota.-
Naas dialami pelajar SMKN-1 Kota Bima, Afran. Warga Desa Tanjung Mas Kecamatan Langgudu ini, menjadi korban aksi pengeroyokan oleh sejumlah warga Kelurahan Tanjung Kota Bima, usai melaksanakan ujian hari pertama, Senin (9/12). Belum diketahui motif dibalik aksi pengeroyokan itu, namun yang pasti akibat kejadian itu dirinya babak belur dihajar massa.
Saat itu juga, Afran yang diduga membawa senjata tajam (Sajam) ke sekolah, akhirnya digelandang ke Polres Bima Kota. Kepala SMKN-1 Kota Bima, Mukhtar, SPd, M. Si, kepada wartawan mengakui belum mengetahui pasti apa latar belakang terjadinya itu. “Saya belum mengetahui motifnya,” akunya.
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, hari Sabtu lalu Afran, kelas III Tekhnik Komputer dan Jaringan (TKJ) diancam oleh adik kelasnya yang diketahui bernama Potong, yang masih duduk di kelas I.
Mungkin karena gengsi, atau merasa lebih senior, Afran mengajak siswa tersebut berkelahi. “Kalau mau berkelahi, kita berkelahi saja di luar,” ujarnya meniru ajakan Afran. Kemudian pada Senin kemarin, pihaknya mendengar informasi bahwa Afran membawa Sajam. Karena dilarang, pihak sekolah lalu memanggilnya. “Dia mengakui jika membawa sajam. Alasannya, karena merasa terancam dan diancam oleh orang orang kampung setempat. Sajam itu pun akan digunakan untuk membela diri,” katanya. Saat diinterogasi pihak sekolah, Afran juga sempat menceritakan masalah pribadinya. Saat ini orang tuanya sedang tidak harmonis, dan ingin bercerai.
Sehingga emosinya terpengaruh dan menganggu konsentrasi belajar. Apalagi ditambah dengan masalah itu. “Afran sudah meminta maaf dan tidak ingin melakukan lagi hal itu, dan juga bahkan sudah buat pernyataan,” terang Mukhtar. Kemudian diceritakannya bahwa, selesai ulangan, Afran diberitahu Satpam untuk tidak dulu keluar sekolah, namun yang bersangkutan tidak mengindahkannya. “Dia percaya diri keluar dan akhirnya diserang oleh masyarakat di pintu keluar. Jika tidak segera dipeluk Satpam, nasib Afran bisa bahaya,” katanya. Aki bat diserang, kata Mukhtar, Afran mengalami luka dibagian wajah. Indikasi sementara Afran terkena lemparan batu bata. “Saat ini Afran dibawa ke Polres Bima Kota,” tuturnya. Untuk Potong, ia mengaku, belum menemukan siswanya yang bernama Potong. Saat dicari absensi kelas I, tidak ada siswanya yang bernama Potong. “Mungkin nama Potong itu nama samaran, kami tidak tahu,” akunya. (GA. 355*)
Naas dialami pelajar SMKN-1 Kota Bima, Afran. Warga Desa Tanjung Mas Kecamatan Langgudu ini, menjadi korban aksi pengeroyokan oleh sejumlah warga Kelurahan Tanjung Kota Bima, usai melaksanakan ujian hari pertama, Senin (9/12). Belum diketahui motif dibalik aksi pengeroyokan itu, namun yang pasti akibat kejadian itu dirinya babak belur dihajar massa.
Saat itu juga, Afran yang diduga membawa senjata tajam (Sajam) ke sekolah, akhirnya digelandang ke Polres Bima Kota. Kepala SMKN-1 Kota Bima, Mukhtar, SPd, M. Si, kepada wartawan mengakui belum mengetahui pasti apa latar belakang terjadinya itu. “Saya belum mengetahui motifnya,” akunya.
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, hari Sabtu lalu Afran, kelas III Tekhnik Komputer dan Jaringan (TKJ) diancam oleh adik kelasnya yang diketahui bernama Potong, yang masih duduk di kelas I.
Mungkin karena gengsi, atau merasa lebih senior, Afran mengajak siswa tersebut berkelahi. “Kalau mau berkelahi, kita berkelahi saja di luar,” ujarnya meniru ajakan Afran. Kemudian pada Senin kemarin, pihaknya mendengar informasi bahwa Afran membawa Sajam. Karena dilarang, pihak sekolah lalu memanggilnya. “Dia mengakui jika membawa sajam. Alasannya, karena merasa terancam dan diancam oleh orang orang kampung setempat. Sajam itu pun akan digunakan untuk membela diri,” katanya. Saat diinterogasi pihak sekolah, Afran juga sempat menceritakan masalah pribadinya. Saat ini orang tuanya sedang tidak harmonis, dan ingin bercerai.
Sehingga emosinya terpengaruh dan menganggu konsentrasi belajar. Apalagi ditambah dengan masalah itu. “Afran sudah meminta maaf dan tidak ingin melakukan lagi hal itu, dan juga bahkan sudah buat pernyataan,” terang Mukhtar. Kemudian diceritakannya bahwa, selesai ulangan, Afran diberitahu Satpam untuk tidak dulu keluar sekolah, namun yang bersangkutan tidak mengindahkannya. “Dia percaya diri keluar dan akhirnya diserang oleh masyarakat di pintu keluar. Jika tidak segera dipeluk Satpam, nasib Afran bisa bahaya,” katanya. Aki bat diserang, kata Mukhtar, Afran mengalami luka dibagian wajah. Indikasi sementara Afran terkena lemparan batu bata. “Saat ini Afran dibawa ke Polres Bima Kota,” tuturnya. Untuk Potong, ia mengaku, belum menemukan siswanya yang bernama Potong. Saat dicari absensi kelas I, tidak ada siswanya yang bernama Potong. “Mungkin nama Potong itu nama samaran, kami tidak tahu,” akunya. (GA. 355*)