Kota Bima, Garda Asakota.-
Meski di wilayah Kota Bima
masyarakat terlihat banyak yang tinggal di sepanjang bantaran sungai atau kali,
namun Badan Lingkungan Hidup (BLH) setempat memastikan bahwa tidak ada warga
masyarakat yang tercemar air kotor karena kondisinya masih di bawah ambang
batas.
Kepala Badan Lingkungan Hidup
(BLH) Kota Bima, Ir. Abdurrahman Iba, kepada wartawan di ruangan kerjanya, malah
menegaskan bahwa secara keseluruhan dalam dekade terakhir, Kota Bima tercatat
sebagai daerah dengan lingkungan yang masih asri, sedangkan pada tingkat tercemarnya
masih dibawah ambang batas toleransi termasuk pula polusi udara yang bersumber
dari kendaraan bermotor masih berskala sedang..
“Tingkat pencemaran dan polusi di wilayah Kota Bima, masih bisa diatasi
dan belum masuk pada ambang yang mengkhawatirkan,” ungkapnya memastikan.
Jauhnya wilayah Kota Bima dari kategori pencemaran salah satu faktornya adalah
belum memiliki sejumlah pabrik golongan menengah ke atas.
Berdasarkan hasil uji air
sungai sebagai salah satu klasifikasi polusi yang menghasilkan pencemaran
lingkungan, baik saat musim hujan pun musim kemarau, ditemukan bahwa kadar air
masih bagus dan belum dikategorikan tercemar. Kandungan biologi pada air sungai
dari sisi bakteri katanya, tidak terlalu mengkhawatirkan. Untuk polusi udara
katanya, sebagaimana hasil penelitian dengan menggunakan alat yang disampaikan
pusat hasilnya, masih dibawah ambang batas pula. “O2 yang dihasilkan kendaraan
bermotor dari hasil penelitian pusat, masih bagus atau belum tercemar,“
ujarnya. Mengantisipasi tercemarnya lingkungan di seluruh wilayah Kota Bima,
Abdurachman mengaku, khusus untuk sungai telah dicanangkan program kali
bersih.
Hal itu dimaksudkan untuk
mengurangi kadar polusi yang ditimbulkan. Semisal pengerukan sampah yang ada
di sejumlah jembatan dan titik sungai yang teridentifikasi sebagai penyumbang
polusi air sungai. Menurutnya Abdurrahman Iba, sampah yang ada disungai
akhir-akhir ini begitu menumpuk. Kalau tidak selalu dikeruk atau dikeluarkan,
maka dipastikan akan menumpuk dan membusuk.
Hal itu tentu berpengaruh pada
tingkat dan kadar polusi yang dihasilkan air sungai. Jenis sampah yang ada
mulai dari bentuk limbah industry kecil semisal pabrik tahu, hingga
limbah manusia dan hewan. Program yang digiatkan Pemerintah jelasnya, dengan
penataan kawasan pinggir sungai. Dengan mendesain rumah warga tidak lagi
membelakangi bibir sungai.
“Kedepan keberadaan sungai itu
akan ditata dengan rapi dan dibuatkan semacam gang. Sehingga nantinya tidak ada
rumah warga yang membelakangi di sepanjang bantaran sungai,” tandasnya. (GA.
355*)