Sekda NTB, Drs H Rosiyadi Sayuti. (Foto:Humas Pemprov NTB)
Mataram, Garda Asakota.-
Semenjak
dibentuknya pengurus baru Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi NTB beberapa
bulan lalu hingga polemik soal perlukah Ketua BPPD NTB, H Fauzan Zakariah,
mengundurkan diri ataukah tetap bertahan menjadi Ketua BPPD NTB seiring dengan
majunya Fauzan Zakariah sebagai salah satu Calon Anggota Legislatif (Caleg) dari
Partai Nasdem Provinsi NTB dari Dapil Lotim, keberadaan BPPD NTB sebagai salah
satu lembaga yang berperan aktif dalam mempromosikan kebangkitan jualan Pariwisata
NTB sangat diharapkan oleh banyak kalangan.
Hanya
saja dengan berkembangnya pro kontra di tubuh BPPD NTB soal kondisi internal
ini berdampak munculnya banyak asumsi bahwa peran BPPD tersebut tidak akan bisa
maksimal dilakukan oleh BPPD NTB.
Menyadari
akan kondisi seperti itu, Sekda Provinsi NTB, H Rosiyadi Sayuti, berharap agar
kondisi di internal BPPD NTB dapat berada dalam kondisi yang santun. “Tidak
boleh ada kondisi saling tegang. Kembali kepada aturan yang berlaku di BPPD itu
sendiri,” harap Sekda saat ditanya sejumlah wartawan usai menggelar acara jumpa
Bang Zul dan Umi Rohmi di halaman kantor Gubernur NTB, Jum’at 02 November 2018,
lalu.
Soal
terjadinya pro kontra di tubuh BPPD NTB, menurut pria yang akrab disapa Bang
Ros ini, harus dikembalikan kepada ketentuan atau aturan yang berlaku di tubuh
BPPD.
“Kembalikan kepada aturan saja. Kalau aturan mengatur bahwa pengurus itu
ditetapkan berdasarkan musyawarah mufakat, maka kembalikan pada aturan saja.
Harus dikedepankan hasil musyawarah mufakat. Termasuk Pak Fauzan juga harus legowo,
kalau memang hasil musyawarah mufakat menghendaki pak Fauzan harus mundur, ini
misalkan hasil musyawarah menghendaki hal seperti itu. Tapi tidak boleh saling
memaksakan kehendak karena yang rugikan masyarakat” cetus Bang Ros.
Pihaknya
kembali menekankan agar jajaran pengurus di BPPD NTB dapat melaksanakan tugas
dan kewajibannya dengan penuh riang dan gembira. “Intinya BPPD ini harus
bekerja dengan penuh senyum dan riang gembira. Jangan sampai ada masalah yang
membuat mereka saling cemberut dan tegang menegang yang akhirnya berimplikasi
pada pekerjaan tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Jadi semua harus legowo lah,”
pungkasnya. (GA. 211*).