Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah meluncurkan program Melawan Rentenir Berbasis Masjid, atau disingkat Mawar Emas di Provinsi NTB.
Lotim, Garda Asakota.-
Tanggal 12 Agustus 2020 menjadi catatan bersejarah bagi pembangunan ekonomi di NTB. Sebab, di hari itulah Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah meluncurkan program Melawan Rentenir Berbasis Masjid, atau disingkat Mawar Emas di Provinsi NTB.
Peluncuran digelar di Masjid Nurul Ikhsan Keruak, Lombok Timur. Bertepatan dengan Hari Nasional UMKM 2020. Sebanyak 50 peserta Mawar Emas hadir dan menerima pembiayaan mikro pada acara peluncuran. Mereka hadir dalam protokol kesehatan yang ketat, mewakili 417 orang dari seantero Pulau Lombok yang telah siap menerima pencairan tahap 1 Mawar Emas.
Mawar Emas diluncurkan secara resmi oleh Gubernur NTB, dan dihadiri oleh Bupati Lombok Timur, H. M. Sukiman Azmy, unsur Forkopimda Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Timur, Kepala OJK Provinsi NTB, Perwakilan Bank Indonesia NTB, Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah NTB, Direksi Bank NTB Syariah, Pimpinan Cabang PNM Mataram, para tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Dalam sambutannya, gubernur sampaikan bahwa program ini yang pertama di Indonesia. Kesempatan ini harus dijadikan momentum untuk meningkatkan legesi daerah kita, bukan hanya di NTB tapi menjadi contoh di Indonesia.
"Secara ide memang semua orang bisa, namun secara praktek tidak semua orang bisa melakukan, baru kita yang merealisasikannya," ujarnya.
Bang Zul optomis, dengan dukungan OJK program "Mawar Emas" akan sukses, karena lokomotif di depannya adalah OJK.
Dijelaskan gubernur, program "Mawar Emas" atau Program Melawan Rentenir berbasis Masjid (Mawar Emas) adalah Program pemerintah Provinsi NTB untuk membantu UKM dan pedagang-pedagang kecil yang selama ini lebih nyaman dan lebih mudah meminjam ke rentenir dengan berbunga tinggi.
"Akibat berbunga tinggi akhirnya jadi beban yang sangat berat dan membuat lingkaran setan kemiskinan yang susah diputus," ujarnya.
Gubernur berharap, dengan Program "Mawar Emas" ini pedagang dan masyarakat kecil akan dapat difasilitasi dan didekatkan dengan institusi keuangan, seperti Bank NTB Syariah, sehingga mampu mendapatkan pinjaman dan memperoleh modal di Bank NTB Syariah dengan lebih mudah dan lebih nyaman, dibandingkan ke rentenir.
"Mudah-mudahan dengan masyarakat kecil bisa meminjam uang dan modal ke Masjid, akan membuat Masjid selain sebagai pusat ibadah bisa sekaligus menjadi pusat ekonomi dan sosial," harapnya.
Untuk itu, gubernur menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) "Mawar Emas" seperti OJK, BI, Bank NTB Syariah, PNM dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) NTB yang membuat program ini menjadi mungkin terlaksana.
"Hari ini kami mulai dari Lombok Timur, untuk selanjutnya menyusul di Kabupaten dan Kota se-NTB," pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Lombok Timur, H. Sukiman Azmi, dalam sambutannya mengatakan, saat ini Rentenir sudah merasuki semua sendi kehidupan masyarakat di Lombok Timur. Mulai dari Petani, Nelayan bahkan para TKI juga tidak lepas dari praktek rentenir.
Untuk ia menaruh harapan besar kepada 1,2 juta penduduk Lotim, jika masyarakat dapat tersentuh program ini, maka akan mendatangkan berkah bagi masyarakat Lotim dan akan menjalar ke Kabupaten lainnya di NTB.
Selanjutnya, Program inovatif Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) NTB ini hadir untuk membantu pelaku usaha mikro yang acapkali kesulitan mengakses kredit atau pembiayaan konvensional. Umumnya mereka tidak memiliki agunan berupa sertifikat tanah atau BPKB. Jarak tempuh ke kantor lembaga keuangan yang relatif jauh, dengan tingkat literasi (pemahaman) dan inklusi (akses) keuangan yang rendah.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK tahun 2019, tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat NTB sebesar 34,65% dan 62,73%. Jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 38,03% dan 76,19%.
Tidaklah mengherankan bila pelaku usaha mikro dan masyarakat kecil sangat rentan terjerat hutang rentenir, atau yang dikenal dengan istilah ‘bank subuh’ atau ‘bank rontok’. Hal ini tentu menjadi momok bagi mereka dalam upaya untuk keluar dari garis kemiskinan.
Untuk itu, diperlukan sinergi antara Pemerintah Daerah, OJK, dan para pemangku kepentingan untuk merumuskan terobosan program pembiayaan, yang dapat menyentuh masyarakat di lapisan bawah dengan biaya yang sangat murah. Pemikiran inilah yang mendasari lahirnya program Mawar Emas.
Melalui koordinasi dengan MES NTB, kegiatan Mawar Emas dipusatkan di masjid sebagai pusat peradaban dan sumber kemakmuran.
Takmir masjid dan ketua kelompok pengajian ditunjuk menjadi ujung tombak program, sehingga diperlukan pembekalan dan pendampingan secara intensif. Diantaranya, pelatihan takmir masjid se-Pulau Lombok pada tanggal 18-20 Juli 2020 di Hotel Jayakarta, tanggal 21 Juli 2020 di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB, dan terakhir tanggal 5 Agustus 2020 di Ponpes Al-Manshuriah Ta’limusshibyan Bonder, Lombok Tengah.
Para takmir masjid yang telah mengikuti pelatihan akan menjaring kelompok ibu-ibu jemaah masjid yang membutuhkan akses permodalan usaha. Selanjutnya mereka akan dibina dan memperoleh pembiayaan sebesar 2 juta rupiah dari PNM Mekar (skema 1), atau pembiayaan qardhul hasan tanpa bunga sebesar 1 juta rupiah dari Bank NTB Syariah (skema 2).
Pelaku usaha yang membutuhkan pembiayaan lebih besar juga dapat dihubungkan dengan produk tanpa agunan Bank NTB Syariah.
Kepala OJK Provinsi NTB Farid Faletehan selaku Pengarah TPAKD Provinsi NTB pun menekankan pentingnya akses pembiayaan yang mudah dan murah bagi pelaku usaha mikro. Kehadiran Mawar Emas diharapkan mampu melepaskan masyarakat dari rentenir, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah NTB.
Kedepan, TPAKD NTB akan mengundang keterlibatan lembaga jasa keuangan lainnya, agar Mawar Emas dirasakan manfaatnya di seluruh penjuru Nusa Tenggara Barat. (red*)