Warga Tanjung yang menghadiri rapat akbar tadi malam, Rabu (7/7). |
Kota Bima, Garda Asakota.-
Idealnya, janji politik Walikota dan Wakil Walikota Bima (LUTFER) mestinya harus segera direalisasikan dan tidak melupakannya. Karena bisa jadi, karena terbuai janji manis para calon yang menjual gagasan saat Pilkada, membuat rakyat mencoblos jago pilihannya.
Hal inilah yang mungkin menyebabkan ratusan warga Tanjung dan Melayu Kota Bima yang menempati lahan di kawasan Pelindo secara turun temurun kompak menagih janjl Lutfi -Feri saat diikrarkan waktu Pilkada tahun 2018 silam.
Tadi malam, Rabu (7/7), Tim 15 menginisiasi pertemuan untuk membahas kejelasan soal lahan Pelindo. Ratusan warga Kelurahan Tanjung diundang untuk menonton video kunjungan Walikota Bima ke Pelindo Surabaya. Ketua DPRD Kota Bima Alfian Indrawirawan juga hadir pada kegiatan tadi malam.
Habib Hasan, salah satu perwakilan warga mendesak Lutfi -Feri yang saat ini sukses menjabat sebagai Walikota dan Wakil Walikota Bima untuk segera memenuhi janji politiknya, membebaskan lahan warga Tanjung dan Melayu.
"Kami menagih janji ini, sesuai janji politik yang ditanda tangani di atas meterai enam ribu rupiah pada tanggal 26 April 2018 silam," pintanya.
Usai pemutaran video, Ketua DPRD Kota Bima menyampaikan kepada warga Tanjung soal langkah-langkah Pemerintah Kota Bima menyelesaikan sengketa lahan Pelindo.
Alfian mengatakan, kunjungan ke Pelindo Surabaya pada tahun 2020 lalu merupakan langkah penyelesaian. Walikota menawarkan tular guling lahan dan juga Reklamasi laut, untuk solusi bagi warga tanjung dan Pelindo .
“Seperti yang disaksikan, upaya itu ada. Dan kemarin, saya menerima surat dari wali kota, meminta perwakilan dari dewan untuk masuk menjadi tim kajian penyelesaian lahan Pelindo, ” ungkap politisi Golkar ini.
Ia juga mengatakan, pihaknya sebagai lembaga legislatif hanya bisa mengawasi apa yang menjadi kinerja pemerintah. Soal penyelesaian sengketa lahan Pelindo, dewan akan mengawasinya berprogres atau tidak.
Pada kesempatan itu, muncul respon negatif dari beberapa warga yang menghadiri acara ini, setelah penayangan video. Mereka menanyakan apa korelasi video itu dengan pertanyaan warga selama ini, yakni apakah pasangan Lutfi-Feri mampu memenuhi janji politiknya atau tidak.
Seperti yang disampaikan warga RT 14 RW 01 Kelurahan Tanjung Sulistiawan, ia melihat justeru melihat acara penayangan video tersebut hanya sebagai pencitraan semata.
“Kami disuruh datang, menonton video perjalanan kunjungan ke Pelindo. Tujuan, menunjukan jika pemerintah sudah berbuat. Videonya saja tidak berujung, hanya sepotong. Apa solusi dan kesimpulan, tidak ada. Jangan-jangan ini hanya pencitraan,” sorot pria yang akan disapa Wawan ini.
Ia menegaskan, saat ini warga Tanjung hanya ingin mengetahui apakah pasangan Lutfi-Feri mampu merealisasikan janji politiknya atau tidak. “Biar besok dan masa depan, hal klasik ini tidak kembali digoreng,” tegasnya.
Wawan mengaku sedih karena selama ini berharap dengan janji politik yang sudah disampaikan. Ia juga merasa selama ini kehidupan warga Tanjung tidak pernah diganggu oleh Pelindo. Seperti ancaman akan digusur. Namun karena dipancing seperti ini, maka kemungkinan munculnya riak-riak masalah lain akan ada.
“Ini memang lahan sengketa, tapi jangan manfaatkan harapan kami. Katakan bisa atau tidak wujudkan janji politik itu,” tandasnya.
Respon lainnya muncul dari Ketua Karang Taruna Kelurahan Tanjung, Akbar yang mengatakan jika pertemuan tersebut gagal. “Gagal, nggak ada apa-apa. Seharusnya walikota hadir,” ujarnya, mengkritik ketidakhadiran Wali Kota Bima, H Muhammad Lutfi.
Akbar juga mengkritisi pernyataan ketua dewan, yang mengatakan hanya mengawasi. Harusnya, dewan sebagai penampung dan penyalur aspirasi juga berjuang.
“Bukan hanya mengawasi. Kami minta pertemuan ini diulangi dan wali kota harus hadir,” tegasnya.
Usai acara, warga membubarkan diri. Banyak warga yang mengeluh soal tidak adanya hasil dari pertemuan tersebut. Seperti yang dilontarkan Mustika, warga RT 03 RW 01 Kelurahan Tanjung. Mustika mengatakan, hasilnya kosong.
“Kau ra maru pemerintah ro dewan re (Tidur saja pemerintah dan dewan itu, red). Ada jalannya, tapi hasilnya nol,” ketusnya sambil berlalu dan terus mengomel. (GA. 212*)