Anggota Komisi II DPRD NTB, Akhdiansyah. S.HI |
Mataram, Garda Asakota.-
Anggota DPRD NTB. Akhdiansyah, S.Hi., mengungkapkan empat
(4) tahun kepemimpinan Pemerintahan Zul-Rohmi dari segi inovasi dan gagasan sudah
bagus.
“Hanya saja dia lupa ada hal-hal dasar yang tidak tertangani
secara baik. Saya justru melihatnya Zul-Rohmi gagal dalam menangani hal-hal
dasar ini,” ungkap anggota Komisi II DPRD NTB dari Daerah Pemilihan (Dapil)
Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima ini kepada wartawan, Senin 19
September 2022.
Hal-hal dasar yang dinilai tidak tertangani secara baik itu
adalah soal pertanian, pariwisata dan pertambangan.
“Itu adalah tiga hal dasar kita di NTB yang sebenarnya
sangat urgen untuk dipehatikan. Akan tetapi kita melihat tiga hal dasar ini
tidak tertangani secara baik,” terang anggota Dewan dari Partai Kebangkitan
Bangsa ini.
Semisal dalam aspek pertanian, pihaknya melihat munculnya
permasalahan yang berulang terhadap anjloknya harga gabah atau komoditi
pertanian, begitu pun dengan terjadinya kelangkaan pupuk urea bersubsidi.
“Soal pertanian ini adalah soal klasik yang selalu berulang
tiap tahun, namun tidak ada satu formula yang ampuh yang bisa mengatasi
permasalahan tersebut,” ungkapnya.
Pihaknya menyarankan kepada Gubernur untuk mengumpulkan para
kepala daerah se-NTB untuk membahas khusus berkaitan dengan soal ini.
“Minimal workshop kecil-kecilan untuk mencarikan solusi
terkait dengan hal ini,” cetusnya.
Komisi II DPRD NTB menurutnya sudah seringkali membahas soal
ini dengan OPD terkait, namun setiap rekomendasi Dewan tidak ditindaklanjuti
dengan baik.
“Makanya kita sarankan agar para kepala daerah se-NTB ini
dikumpulkan dalam satu forum dengan difasilitasi oleh Gubernur untuk membahas
khusus soal ini agar tidak terulang lagi kedepannya,” saran pria yang akrab
disapa Guru To’i ini.
Program beasiswa untuk seribu cendekia juga menurutnya dilaksanakan
dengan tidak merata atau tebang pilih.
“Siapa yang dekat saja dengan Brida. Dan itu ada seleksi
dengan kelompok-kelompok tertentu saja. Dan saya juga dapat komplain nilai
beasiswanya tidak diterima secara utuh,” bebernya.
Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) juga dinilainya
dilaksanakan dengan tebang pilih juga.
“Di Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu hanya
sekitar empat (4) unit saja. Sementara di daerah lainnya menumpuk. Hampir semua
program Zul-Rohmi dilakukan dengan tebang pilih,” sorotnya.
Program Zero Waste, menurutnya, secara ekologis semestinya
lingkungan sekitar itu akan terlihat hijau dan indah dan tidak ada sampah.
“Akan tetapi sampah ini masih berserakan dimana-mana. Bahkan
kalau diukur dari aspek ekologis, edukatif dan ekonomi bisa dinilai program itu
juga gagal. Ini juga bisa jadi dampak dari kurangnya sosialisasi,” kata
Akhdiansyah.
Pelaksanaan event berskala internasional seperti WSBK,
MotoGP dan atau pun MXGP, menurutnya tidak berdampak signifikan terhadap
peningkatan PAD.
“Dari segi pendapatan tidak ada dampaknya untuk Provinsi. Kita menilai event-event tersebut hanya euforia dan cheerleader aja,” pungkasnya. (GA. Im*)